Mutu Organoleptik dan Kadar Protein Kue Putu Bambu dengan Penambahan Tepung Kacang Kedelai (Glycine Max (L.) Merril)

Kue putu bambu merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang masih digemari oleh masyarakat, terutama anak-anak sekolah karena rasanya yang manis dan teksturnya yang lembut. Kandungan proteinnya tergolong rendah, sehingga kurang ideal sebagai pilihan jajanan sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan tepung kacang kedelai terhadap mutu organoleptik dan kadar protein kue putu bambu.
Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan yang masing-masing ditambahkan tepung kacang kedelai sebanyak : F0 (0 gram), F1 (5 gram), F2 (10 gram), dan F3 (15 gram) dengan dua kali ulangan. Uji organoleptik dilakukan terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur menggunakan skala hedonik oleh 25 panelis semi-terlatih, sedangkan kadar protein dianalisis menggunakan metode Kjeldahl di laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Universitas Eka Sakti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung kacang kedelai secara signifikan meningkatkan kadar protein pada produk akhir. Perlakuan F2 (10%) dipilih sebagai formulasi terbaik karena memiliki skor organoleptik tertinggi dan kadar protein perlakuan terbaik sebesar 7,9% per 100 gram.
Hasil ini menunjukkan bahwa suplementasi tepung kacang kedelai tidak hanya meningkatkan kandungan gizi tetapi juga diterima baik oleh panelis. Penelitian ini memberikan alternatif pengembangan jajanan tradisional yang lebih bergizi, praktis, dan terjangkau untuk mendukung asupan gizi anak sekolah.

Kata Kunci : Kue putu bambu, tepung kacang kedelai, organoleptik, protein.
Daftar Pustaka : 42 (2013-2025)